Merajut Mimpi dan Bersinergi Mengolah Kotoran Sapi
Oleh
Babinsa koramil 411-11/TB
(Serda Pitra Ropiyudin Yusup)


Terciptanya imajinasi kreaktifitas terkadang berawal dari sebuah mimpi lalu bersegera bangun untuk mewujudkannya, begitulah kutipan kalimat yang pantas disematkan kepada seorang prajurit TNI Kodim 0411/KM, atas semangatnya menggandeng masyarakat untuk membangun biogas dengan memanfaatkan limbah kotoran sapi.

Sosok prajurit tersebut adalah Serda Pitra Ropiyudin Yusup, anggota Babinsa Koramil 411-11/TB yang gigih membangun sinergitas bersama para peternak sapi dalam pemanfaatan limbah kotoran menjadi biogas.

Dimulai dari sebuah mimpi tentang bagaimana caranya merubah limbah kotoran sapi agar bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat, Serda Pitra Ropiyudin Yusup menapaki langkah awalnya melalui membangun hubungan erat bersama masyarakat Dusun IV, Kampung Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah.

Biogas yang tercipta dari pengolahan kotoran sapi-sapi milik sendiri tersebut tidak memiliki bau, sehingga tidak menjadi polusi udara, itu dikarenakan adanya proses fermentasi yang dilakukan dalam biodigester dengan mengumpankan limbah kotoran sapi yang dicampur air sehingga menghasilkan komposisi tertentu. 

Selanjutnya, digester atau pencerna, diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu, sehingga dihasilkan biogas yang optimal dari berlangsungnya proses fermentasi dalam kurun waktu yang diperlukan sekitar 14 sampai dengan 21 hari.

Saat dimintai penjelasan, Serda Pitra Ropiyudin Yusup mengatakan bahwa prinsip kerja pembentukan biogas dimulai dari pengumpulan faeces ternak ke dalam suatu tangki kedap udara yang disebut digester atau pencerna. 

"Di dalam digester tersebut, kotoran dicerna dan difermentasi oleh bakteri yang menghasilkan gas methan serta gas-gas lain. Gas yang timbul dari proses ini ditampung di dalam digester," jelasnya.

Prajurit yang saat ini bermukim di Perum Dinas Koramil 411-11/TB Lampung Tengah tersebut mengungkapkan bahwa mimpinya untuk menghasilkan biogas dari pemanfaatan limbah kotoran sapi,  ia dapatkan sejak berjumpa dengan warga binaannya beberapa bulan lalu.

"Jadi awalnya, saya memiliki niat memiliki biogas yang berasal dari pemanfaatan limbah kotoran sapi ini, setelah kenal dengan bapak Kacung pada bulan Maret 2023 yang lalu. Dari pertemuan itu kami terus membangun sinergi dan terus bersemangat dalam mengupayakan hadirnya biogas di lingkungan kampung kami," ucapnya.

Sambil tersenyum memegang skop usai mengumpulkan kotoran sapi, Serda Pitra menjelaskan bahwa kompor biogas sapi yang digunakan sangat ramah lingkungan, hal itu dikarenakan proses pembentukannya berasal dari limbah organik yang tidak berbahaya bagi lingkungan, dan untuk mendapatkanya sangat murah dan terjangkau. 

"Kompor biogas sapi ramah lingkungan karena berasal dari limbah organik kotoran sapi yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Proses fermentasi bahan organik yang terjadi pada feses sapi FH juga mempengaruhi produksi gas yang dihasilkan," ujarnya.

Dirinya menerangkan bahwa proses fermentasi feses mampu menghasilkan gas metan atau CH4 akibat dari adanya bakteri metanogenik yang berada pada feses dan merombak komponen C pada feses sehingga menghasilkan gas metan (CH4).

"Manfaat biogas umumnya, biogas yang dikompresi dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan. Selain itu, mengutip National Grid, biogas juga digunakan sebagai pengganti gas alam. Jika biogas dibersihkan dan ditingkatkan ke standar gas alam, sumber energi ini dapat digunakan dengan cara yang mirip dengan metana," terangnya.

Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa dari proses pembuatan biogas tersebut mungkin saja masih terdapat kemungkinan pencemaran udara, untuk itu Serda Pitra Ropiyudin Yusup meminta masukan dan bimbingan kepada pihak yang lebih ahli di bidang ini untuk memberikan solusi dalam penanganan khusus dan juga penyediaan peralatan yang disinyalir memiliki harga yang tidak murah. Semua itu dikarenakan Biogas merupakan energi alternatif yang dihasilkan dari proses pemanfaatan kotoran sapi, mulai dari fermentasi lalu terproses digesterisasi pada tabung kedap udara.

Bintara Pembina Desa tersebut berharap, mimpinya dalam membangun biogas dengan memanfaatkan limbah kotoran sapi segera dapat direalisasikan. Itu membuatnya terus mencari dukungan dan saran dari pihak-pihak yang lebih mengetahui hal tersebut.

"Saya bersama masyarakat Kampung Terbanggi Besar, khususnya Dusun IV ingin sekali mengembangkan jenis biogas ini, hal itu dikarenakan di tempat kami tersedia banyak stok kotoran sapi yang siap untuk dimanfaatkan," bebernya.

"Saat ini kami masih terkendala dalam hal pembiayaan untuk menyiapkan alat perlengkapan yang dibutuhkan dan juga biaya operasional dalam pembangunannya, sampai saat ini memang belum tersentuh oleh Pemerintah Provinsi Lampung maupun Kabupaten. Semoga kedepannya akan banyak dukungan dan juga masukan-masukan dari pihak manapun juga sehingga mimpi-mimpi kami yakni masyarakat Terbanggi Besar bisa segera terealisasi," sambungnya.

Serda Pitra juga menjelaskan lima langkah proses pengolahan kotoran sapi mulai dari kandang hingga dapat dirasakan manfaatnya.

Pertama
, mengumpulkan kotoran sapi lalu mencampur kotoran tersebut dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1 banding 1 pada bak penampung sementara. 

Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam digester alias tempat penampungan untuk mengubahnya menjadi Gas.

Kedua, mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama, kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.

Ketiga, setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.

Keempat, membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1, lalu terbentuk gas CO2 selanjutnya kran ditutup kembali. Setelah tiga hari, kran mulai dibuka dan gas CO2 berubah menjadi gas metan.

Terakhir, pada hari ke-3 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. 

"Mulai hari ke-3 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal," tandasnya.

Ia bahkan menilai, pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan. Selain itu, juga menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair biyusuri serta yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui. (*)

Komentar

Postingan Populer